Silvia Ervina - Desain Interior

TRAIN MUSEUM IN LAWANG SEWU

Nama : Silvia Ervina
Universitas : Universitas Pelita Harapan
Jurusan : Desain Interior
Tema : TRAIN MUSEUM IN LAWANG SEWU
Penghargaan : Gold Award, 2018
Kategori : Desain Interior

Project Description

Di dalam perancangan interior museum kereta api di Lawang Sewu, ada beberapa sejarah yang berhubungan dengan bangunan ini yang digabungkan untuk diceritakan kepada pengunjung. Sejarah-sejarah tersebut berupa sejarah perkeretaapian di Indonesia, sejarah masuknya bangsa Belanda ke Semarang, sejarah masuknya bangsa Jepang ke Semarang dan sejarah pertempuran lima hari di Semarang. Sejarah-sejarah tersebut merupakan sejarah yang saling tumpang tindih dan saling berkaitan antara satu sama lainnya.

Oleh karena saling tumpang tindihnya sejarah-sejarah tersebut, maka konsep utama yang akan diangkat dalam perancangan interior museum kereta api di Lawang Sewu adalah “Emotional Riddles.” Emotional di sini menjadi satu hal yang ingin ditonjolkan di dalam keseluruhan desain dengan pendekatan narasi Kishotenketsu, hal ini disebabkan keseluruhan sejarah dengan topik-topik yang berbeda yang saling tumpang tindih dan menyebabkan satu keseluruhan narasi yang sangat emosional. Emosional di sini dapat diartikan dalam beberapa bentuk, baik itu merupakan emosi yang dipendam ketika bangsa Indonesia menerima masuknya bangsa baru (Belanda, Jepang) atau emosi yang bergejolak ketika bangsa yang diterima dengan baik pada awalnya menjadi bangsa yang kemudian menguasa dan menindas bangsa sendiri. Semua emosional tersebut merupakan emosional yang berbeda satu sama lainnya namun merupakan emosi-emosi yang dihubungkan oleh sejarah-sejarah itu sendiri. Namun, emosi-emosi tersebut sudah mulai pudar dan tertutup seiring berjalannya waktu, oleh karena itu, melalui perancangan interior ini diharapkan dapat digali kembali emosi-emosi tersebut.

Gabungan sejarah-sejarah yang saling berkaitan tersebut juga menghasilkan konsep Riddles, di mana sejarah sendiri merupakan sebuah riddle. Semua hal yang telah terjadi di masa lampau ingin digali dan diceritakan kembali, namun hal-hal tersebut masih terus berkembang dan menjadi sejarah yang baru untuk besok harinya. Selain itu, riddles di sini menunjukkan kompleksnya gabungan sejarah-sejarah tersebut. Di sini, emotion dan riddles dihubungkan oleh Time, di mana waktu yang mulai memudarkan emosi-emosi tersebut dan waktu juga yang membuat semua hal-hal yang pernah terjadi menjadi sejarah. Dalam kasus perancangan interior museum kereta api di Lawang Sewu, bangunan Lawang Sewu dapat melambangkan waktu, di mana bangunan ini berdiri tegap di tengah-tengah kota Semarang dan menjadi saksi bisu akan terjadi dan berkembangnya keseluruhan sejarah-sejarah tersebut.

Oleh karena itu, Emotional Riddles akan menjadi konsep utama dalam keseluruhan perancangan interior museum kereta api di Lawang Sewu. Dengan menggabungkan emotion yang bersifat subconcious dan riddle yang bersifat conscious, diharapkan dapat membuat bangunan Lawang Sewu lebih bercerita mengenai sejarah-sejarah yang telah disaksikannya.

Konsep bentuk yang utama untuk perancangan museum kereta api di Lawang Sewu berasal dari konsep utama Emotional Riddles dan Time yang menjembatani konsep tersebut. Di dalam proses menghasilkan konsep bentuk, terdapat tiga tahap yang didasari oleh konsep utama Emotional Riddles, sebagai berikut:

Pada tahap pertama, konsep Emotional Riddles dan Time diilustrasikan dalam bentuk garis yang saling tumpang tindih untuk menjelaskan berbagai sejarah yang saling berkaitan, serta yang menjadi titik pertemuan di antara semua sejarah tersebut adalah Time. Dari beberapa hal tersebut menghasilkan garis-garis yang memiliki kemiringan berbeda-beda dan saling bersimpangan dan bertabrakan.

Pada tahap kedua ini, garis-garis yang saling bertabrakan digabungkan menjadi bidang dua dimensi yang saling menumpuk satu sama lainnya dengan kemiringan yang berbeda-beda. Selain itu juga terdapat satu garis yang melambangkan Time dan memotong semua bidang-bidang segitiga yang melambangkan topik masing-masing.

Pada tahap terakhir ini, bidang-bidang dua dimensi diubah dan digabungkan menjadi bentuk tiga dimensi. Bentuk tiga dimensi ini dibentuk dari bidang-bidang segitiga tidak beraturan yang saling memotong dan menopang satu sama lainnya untuk membentuk satu bentuk tiga dimensi. Bentuk ini masih dipotong oleh satu garis yang juga memiliki peran dalam menggabungkan semua bidang-bidang tersebut.
Bentuk segitiga yang saling berpotongan ini yang akan menjadi dasar dari semua bentuk desain di perancangan interior museum kereta api di Lawang Sewu, dengan dasar konsep utama Emotional Riddles dan Time.

Konsep ini dibentuk juga memiliki tujuan agar users dari museum ini dapat lebih mengenal mengenai luasnya sejarah yang mencakup di dalam perkembangan Perkeretaapian di Indonesia dan sebagaimana area Semarang merupakan awal mula dari perkembangan yang luas ini. Dengan menggabungkan semua sejarah dan mengimplikasikannya ke dalam form design di museum ini, diharapkan pengunjung dapat menghasilkan emosi di dalam diri mereka yang telah tertimbun mengenai sejarah ini. Jadi diharapkan melalui pengalaman ruang, pengunjung bisa mendapatkan pengetahuan secara informasi dan emosi.
Untuk konsep material pada perancangan interior museum kereta api di Lawang Sewu, akan digunakan material yang sesuai dengan zaman berjalannya sejarah dan berdirinya bangunan Lawang Sewu, yaitu di zaman perkembangan Art Deco menuju Industrial.

Empat material utama yang akan digunakan dalam perancangan interior museum kereta api di Lawang Sewu adalah metal (fin. Nippon, Volcanic Black NP N 1918A), concrete dan kaca. Material-material tersebut merupakan material yang sedang banyak dikembangkan dan digunakan pada masa bangunan Lawang Sewu didirikan pada awal abad ke-20. Selain itu, warna dari material-material tersebut juga memungkinkan untuk memiliki kontras terhadap interior bangunan Lawang Sewu yang didominasi dengan warna putih. Penggunaan material-material tersebut dengan warna hitam, tembaga dan abu-abu diharapkan dapat menjembatani para pengunjung dengan perancangan interior museum nantinya. Selain itu juga bertujuan untuk menghindari visual interior bangunan Lawang Sewu memudar yang diakibatkan dengan perpaduan warna yang mirip dengan perancangan interior museum nanti, sehingga digunakanlah warna-warna yang terkesan bold dan memiliki kontras dengan interior aslinya.

Presentation Board